I love this article, written by Raju Febrian, taken from Yahoo.
----------------------------------------------------------------------------------------
Dia duduk di bangku cadangan Inggris. Mengenakan jas abu-abu tanpa atasan, vest yang juga berwarna abu-abu. Lengan kemeja digulung sehingga mempertontonkan tatto di kedua lengannya. Matanya tajam melihat jalannya pertandingan Inggris versus Jerman, Minggu malam.
Banyak yang bertanya-tanya apa yang ada dia pikirkan saat itu? Apa ia berpikir siapa pemain yang seharusnya diganti? Apa dia memikirkan kenapa para gelandang Inggris yang jauh lebih serior termehek-mehek menghadapi kecepatan Mezut Oezil, Sami Khedira, Bastian Schweinsteiger atau Thomas Mueller yang mencetak dua gol? Apa dia memikirkan bagaimana lini belakang Inggris begitu mudah ditembus Lukas Podolski bahkan si gaek Miroslav Klose?
Yang pasti dia terlihat sangat kecewa ketika wasit Jorge Larrionda tidak mensahkan gol Frank Lampard. Ia mendekati wasit Uruguay itu di saat jeda mempertanyakan keputusannya.
Semua gerakannya diikuti kamera padahal ia sama sekali bukan manajer Inggris. Yup, dia adalah David Robert Joseph Beckham, gelandang dan eks-kapten Inggris yang terpaksa harus absen di Piala Dunia kali ini karena cedera.
Beckham dibawa Fabio Capello -- manajer Inggris sebenarnya -- sebagai anggota staf pelatih. Beckham memang menolak untuk mengakhiri kariernya dan beralih menjadi pelatih. Tapi sepertinya suasana di Piala Dunia memberikan pengalaman tersendiri bagi Beckham.
Tugas seorang manajer sadar atau tidak sadar sudah dilakukan Beckham selama di Afrika. Ia terlihat memprotes wasit yang lama meniup peluit saat melawan Slovenia. Ia selalu ikut latihan bersama skuad Inggris. Ia juga menyaksikan semua pertandingan lawan-lawan Inggris.
The Sun menulis: "Becks look like boss in waiting"
Rasanya terlalu dini -- plus riskan -- jika mantan pemain Manchester United (1993-2003), Real Madrid (2003-2007), AC Milan (2009 dan 2010), serta Los Angeles Galaxy (sejak 2007) itu menjadi pelatih Inggris. The Three Lions tengah terpuruk dengan kekalahan dari Jerman. Becks juga tak punya pengalaman sama sekali sebagai pelatih.
Tapi jika mengingat Capello -- yang punya reputasi segudang bersama AC Milan, Real Madrid, Juventus, dan AS Roma -- bisa gagal, lalu kenapa tidak dengan Beckham?
Soal kharisma, usia Becks memang baru 35 tahu, tapi itu cuma beda 10 tahun dengan Vladimis Weiss, pelatih Slovenia yang jadi pelatih termuda di Piala Dunia kali ini. Soal pengalaman, apa bedanya dengan Diego Maradona? Di Boncel juga tak punya jam terbang sebagai pelatih. Toh, sejauh ini ia adem ayem dengan Tim Tango yang sudah mendapat tiket ke perempat final.
Apa rahasianya? Kedekatan dan rasa hormat pemain akan Maradona. "Saya punya banyak pengalaman. Ketika saya berbicara dengan pemain saya bisa berbagi," kata Maradona.
Dilihat dari sisi itu, Beckham -- yang pernah merasakan Liga Champions, juara liga, dan status sebagai selebritas -- bisa disetarakan dengan Maradona.
So, Becks for Manager?
------------------------------------------------------------------------------
Why not???! It's gonna be the most handsome & stylish football manager ever ^__*. Can't wait it, I'll support you, Becks! :) . ENGLAND!
0 Comments:
Post a Comment