Entah impian ini datang dari mana tapi sejak kecil saya sudah bercita – cita ingin menimba ilmu di luar negeri dan negara yang paling saya impikan saat itu adalah Jepang. Mungkin karena sering mendengar kisah kemajuan Negeri Matahari Terbit tersebut di sekolah dan kebanyakan nonton cerita
Oshin. Seiring berjalannya waktu ternyata mimpi ini tidak pudar bahkan terus bergelora namun negara tujuan saya berubah, bukan lagi Jepang tapi Inggris, karena ingin menyaksikan secara langsung pertandingan Premier League di Old Trafford, kandang
Manchester United, klub sepak bola favorit saya, alasan yang aneh memang tapi banyak memotivasi saya untuk mengejar gelar master S2. Di akhir tahun perkuliahaan sarjana S1 di Bandung saya pun mulai hunting berbagai beasiswa master S2 ke Inggris tapi belum pernah sekalipun memberanikan diri untuk melamar beasiswa – beasiswa tersebut karena terhalang beberapa persyaratan misalnya pengalaman kerja, essay, surat referensi dan lain – lain. Setelah menamatkan S1 saya pun bekerja di suatu
perusahaan swasta, hingga akhirnya impian ini berubah, negara tujuan bukan lagi Inggris tapi Jerman. Bekerja dengan produk – produk Jerman, berinteraksi dengan orang – orang Jerman, belajar teknologi Jerman dan lain – lain, semuanya tentang Jerman, sehingga membuat saya “
Germany Minded”, inilah yang memotivasi saya mengejar beasiswa ke Jerman. Banyak dukungan tapi juga cemooh yang saya terima karena keinginan bersekolah ke luar negeri melalui beasiswa. Saya dianggap terlalu “bermimpi”, sombong, arogan dan lain – lain namun justru hal ini makin memacu semangat saya untuk membuktikan impian tersebut. Hingga di awal tahun 2012 tepatnya akhir Januari, saya membaca informasi yang disebarkan di
Milis Beasiswa, ada beasiswa, bukan untuk master memang tapi beasiswa musim panas (
Summer Scholarship) selama dua minggu yaitu
International Multicopter Girls Camp 2012 yang diadakan oleh
The International Graduate School on Mobile Communications dari
Technische Universität Ilmenau di Jerman khusus untuk perempuan di bidang teknologi, tujuan dari program ini adalah simulasi dan pemprograman Multicopter yang mampu menciptakan jaringan bantuan bencana (
disaster relief network), saya pun memberanikan diri untuk mendaftar. Tanggal 21 Maret 2012 mungkin salah satu hari paling bersejarah dalam hidup saya, saya dinyatakan lolos, menjadi penerima beasiswa di salah satu kampus teknik terbaik di Jerman itu. Dari ratusan peserta hanya 8 (delapan) orang perempuan yang terpilih yaitu dari Indonesia, Amerika, Irak, Pakistan, Spanyol dan 3 (tiga) orang dari Kroasia. Sebagai satu – satunya peserta dari Indonesia, hal ini sangat membahagiakan saya karena berkesempatan mewakili Indonesia dari provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya Kabupaten Sumba Barat Daya. Saat mengikuti kegiatan ini yang berlangsung dari tanggal 2 – 13 Juli 2012, saya sudah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Sumba Barat Daya. Saya bersyukur keikutsertaan saya pada kegiatan ini didukung oleh pimpinan saya bahkan Bupati Sumba Barat Daya. Salah satu impian saya sudah terwujud, mendapat beasiswa di Eropa, saya pun berkesempatan mengunjungi Berlin, München (termasuk salah satu stadion terbaik,
Allianz Arena milik klub
Bayern München), Ilmenau dan Erfurt di Jerman, Warsawa di Polandia saat berlangsungnya gelaran piala Eropa 2012 (semifinal Jerman vs Italia), Salzburg dan Wina di Austria serta Praha di Republik Ceko.
Semoga artikel ini dapat memotivasi orang – orang yang ingin meraih beasiswa baik di dalam negeri maupun ke luar negeri terutama bagi putera - puteri NTT dan Sumba khususnya, sumber daya kita tidak kalah dengan putera - puteri lainnya di luar NTT baik di Indonesia bahkan di luar negeri sekalipun asal kita mau berusaha dan berdoa. Semoga artikel ini juga membuka mata para pemegang kekuasaan terutama di lingkup birokrasi agar mau “berinvestasi” dalam bidang pendidikan bagi putera – puteri daerahnya, tidak menyulitkan proses melanjutkan pendidikan tinggi, dan lain -lain. Contohlah beberapa negara Asia lainnya seperti China, India, Malaysia, Vietnam yang terus mengijinkan/mengirimkan orang – orangnya baik pegawai pemerintahan maupun swasta untuk menimba ilmu di luar negeri baik dengan biaya pemerintah maupun sumber lainnya karena sekembalinya mereka ke negeri sendiri akan banyak orang – orang cerdas yang dapat membangun negerinya atau tirulah Makassar yang pemerintah daerahnya berkomitmen mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM)nya dengan mengirimkan putera – puterinya untuk melanjutkan pendidikan tinggi, bayangkan sekembalinya mereka ke daerah asal, diharapkan akan banyak SDM – SDM berkualitas yang dapat membangun daerahnya. “Investasi” sekarang untuk pembangunan masa depan.